Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘elshinta’

Hidup di Jakarta pasti mau tidak mau akan menghadapi kemacetan. Macet di Jakarta dapat digolongkan menjadi minimum 2 macam: macet yang rutin terjadi setiap hari, dan macet yang tidak rutin, sehingga cenderung menjebak pengguna jalan. Untuk macet rutin (contoh: Jalan Fatmawati arah ke Jalan T.B. Simatupang pada sekitar jam 16.00-20.00), dapat dihindari dengan mencari jalan alternatif atau menunggu macet reda. Untuk macet yang tidak rutin, biasanya ditimbulkan banyak hal, misalnya, kecelakaan, hajatan yang menutup jalan, genangan air, dan lain-lain. Daerah yang macet rutin pun bisa berubah menjadi macet tidak rutin. Misalnya bila ada kerusuhan pertandingan bola di stadion lebak bulus, maka Jalan Fatmawati menuju T.B. Simatupang bisa jadi tetap macet sampai pukul 23.00.

Bagaimana caranya supaya tidak terjebak kemacetan ini, sehingga bisa melancarkan rencana alternatif? Para pengguna jalan harus mengetahui kondisi jalan saat itu, dan hal-hal yang berpotensi membuat kemacetan. Mungkin 5 tahun yang lalu, hal ini sulit dilakukan. Namun sekarang tidak lagi. Berikut adalah beberapa “tools” untuk bersiap menghadapi kemacetan dengan teknologi:

1. Untuk orang yang paling Gaptek, bisa mendengarkan berbagai macam stasiun radio di kendaraannya. Biasanya pada jam macet, beberapa radio menyampaikan ulasan kemacetan yang didapat dari kru-nya yang sengaja memantau, ada pendengar-pendengarnya.  Salah satu radio yang paling konsisten adalah radio Elshinta di 90.0 FM.

2. Beberapa website memang dirancang untuk memberikan info-info serupa. Contohnya, lewatmana.com. Selain dapat membaca laporan keadaan jalan dari pengunjung website (siapapun dapat menjadi anggota komunitasnya), website ini juga menyediakan foto yang diambil berkala dari webcam-webcam yang tersebar di Jakarta. Kenapa foto? karena internet di Indonesia masih lelet untuk live video. Solusinya, yang menggunakan telkomsel dan ponsel 3G dapat menelpon video call ke 9119, dan melihat live video feed dari webcam-webcam tersebut. Biayanya Rp. 1000 per menit. Website lainnya adalah TMC Polda Metro Jaya dan macetlagi.com.

3. Bagi yang lebih melek internet, dapat menggunakan fasilitas Twitter. Beberapa website, seperti website Elshinta, TMC Polda Metro, dan Lewatmana.com saat ini men-tweet informasi yang mereka terima dari kru-nya atau pendengar/follower mereka yang berada di jalan. Nah, apabila kita mem-follow para penyedia berita lalulintas ini, maka kita akan mendapatkan informasi yang mereka berikan. Hanya saja, akan sedikit repot apabila setiap kita ingin melihat informasi lalulintas, kita harus login ke twitter.com. Bagi yang lebih techno savvy, dapat menggunakan alat bantu, seperti tweetdeck. Software ini dapat diinstall dikomputer kita, lalu kita login dengan username twitter kita melalui software tersebut. Tweetdeck akan memperbarui secara otomatis secara berkala, tweet-tweet baru yang muncul dari penyedia berita lalu lintas di atas. Hal ini lebih praktis dibandingkan dengan membuka website twitter.com karena refresh dilakukan otomatis oleh software tweetdeck.

4. Bagaimana bila sedang atau jarang berada di depan komputer? teknologi masa kini sudah sedemikian maju, sehingga internet dapat selalu diakses dari smartphone kita. Internet di HP? harus pake Blackberry dong??? tidak tuh.. FYI, semua smartphone yang ada di pasaran saat ini dapat terhubung dengan internet terus menerus, termasuk Blackberry. Contoh, saya menggunakan Nokia E72, dengan langganan internet unlimited dari telkomsel Flash (saya juga gunakan HP saya sebagai modem wireless). Untuk urusan twitter, saya pilih software Nimbuzz, karena software ini juga dapat menangani urusan chat saya melalui akun Yahoo Messenger, Gtalk,  Facebook, dan lain-lain. Sehingga saya tidak perlu menjalankan software chat dan twitter yang terpisah, cukup satu saja dengan Nimbuzz. Dengan login ke akun twitter saya melalui nimbuzz, saya dapat memantau informasi lalulintas melalui twitter mirip dengan yang dilakukan tweetdeck pada no.3 di atas. Beberapa tweet juga terkadang menyertakan foto yang diambil dari tengah kemacetan. Bila ingin melihat kamera, tinggal ke m.lewatmana.com, atau telpon 9119.

Dengan ke 4 kiat di atas, saat ini jarang sekali saya terjebak macet. Bilapun saya berada di kemacetan, biasanya hal itu memang sudah diketahui sebelumnya, karena tidak ada alternatif lain, jadi bukan terjebak.

Para penyedia informasi di atas, patut diacungi jempol, dan diakui keberadaannya, bahkan kalau perlu disubsidi oleh Pemerintah Jakarta. Karena mereka sudah sedikit banyak membantu tugas yang seharusnya dijalankan pemerintah DKI Jakarta, yaitu memberikan kenyamanan bagi warganya. Pengadaan webcam dan/atau koneksi internetnya sudah sepatutnya dibantu Pemda DKI. Namun demikian, tentu warga Jakarta mengharapkan tindakan yang lebih dari ini untuk meredakan kemacetan di Jakarta. Namun paling tidak ini adalah salah satu langkah konkret yang dapat diambil Pemda DKI.

keterangan: foto2 diambil dari search dengan google.

Read Full Post »

*Sebelumnya saya post blog ini bukan untuk mengajak untuk tidak membayar pajak. Saya hanya agak gatal bahwa iklan mengenai pajak yang saya dengar agak melenceng dari teori dan kenyataan.

Bagi yang sering mendengar radio sekarang ini,  tentu sering pula mendengar iklan mengenai membayar pajak. Ada yang mengenai PPN, PPh, dan upaya kolusi dengan aparat Direktorat Jenderal Pajak yang gagal. Tujuan jelas, agar rakyat Indonesia yang memang sudah mencapai “nisab” bayar pajak, ya bayar pajak. Suatu tujuan yang cukup bagus agar negara kita tetap punya pemasukan dalam krisis ini. Bagaimanapun negara perlu berjalan, perlu uang untuk membiayai jalannya negara, dan salah satunya dari pajak. Tanpa uang pemerintah tidak bisa jalan.

Namun Iklan mengenai PPN sudah beberapa kali mengusik hati saat berkendara. Dalam iklan itu dijelaskan bahwa membeli barang bajakan adalah penghindaran pajak, karena barang bajakan tidak bayar PPN. Lantas disebutkan lagi dalam iklan itu bahwa kalau semua orang bayar PPN, semua anak Indonesia bisa sekolah. Benar memang, namun masih kurang jelas. Karena ketidakjelasan yang disebabkan oleh iklan ini, implikasinya orang dapat berpendapat:

1. Yang penting bayar PPN, terserah apakah rentetan hubungan hukum yang menyebabkan munculnya kewajiban untuk bayar PPN itu adalah ilegal. Tidak dijelaskan bahwa barang bajakan adalah ilegal. Itu sama saja dengan berkata jangan beli TV curian, karena tidak bayar PPN. Bagaimana kalau beli TV curian dan bayar PPN? boleh kah? atau, misalnya bagaimana dengan membayar PPN atas jasa pelacur?

2. Kalau semua orang bayar PPN, maka semua bisa sekolah. Teori dan praktek perpajakan hampir di seluruh negara di dunia adalah pajak itu tidak ada timbal balik langsungnya. Orang bayar pajak tidak mendapat “balas jasa” langsung dari pemerintah, beda misalnya dengan bayar tol. Habis bayar tol, orang bisa langsung pakai jalan tolnya. Kalau pajak, orang dapat fasilitas ga langsung, misalnya dengan perbaikan jalan, lampu merah, dapat pelayanan dari aparatur negara (sengaja saya tebalkan pelayanan, karena seharusnya pembayar pajak dilayani oleh yang dibayar, bukan sebaliknya). Jadi sebenarnya uang pembayaran pajak, entah itu PPh, PPN, PBB, PPN BM, dll, disatukan, dipool dalam rekening negara untuk dipergunakan sesuai kebutuhan. Salah satu kebutuhan itu memang untuk biaya melangsungkan pendidikan. Namun tidak ada jaminan uangnya akan dipakai untuk pendidikan! bisa saja dipakai untuk membiayai tentara yang harus menghadapi teroris dan separatis. Dirjen Pajak, bahkan Menteri Keuangan atau Presiden sekalipun tidak bisa menjamin ini.. kok di iklan kesannya bisa?

Mengusik memang, dan walau iklannya itu  janggal, tetap saya ingatkan, bayar pajak itu penting untuk kelangsungan negara. Posting ini jangan dijadikan alasan untuk ga bayar pajak bila memang Undang-Undang sudah mewajibkan. Yang salah adalah iklannya, bukan bayar pajaknya.

Read Full Post »