Feeds:
Pos
Komentar

Archive for November, 2010

Pada suatu minggu siang, saat di rumah tidak ada makanan karena memang tidak ada yang dapat dimasak (belum belanja), kami putuskan untuk mencoba salah satu rumah makan masakan India yang memang sudah lama kami incar. Untuk diketahui, waktu dulu tinggal di salah satu negara Eropa, kami adalah langganan dari suatu restoran masakan India yang dimiliki oleh orang Bangladesh. Sehingga sekali waktu ingin rasanya mencicipi kembali cita rasa asia selatan tersebut.

Berbekal ingatan, kami langsung meluncur ke arah Kemang. Lokasi restoran ini, bila dari arah KKO Cilandak, masuk ke jalan Ampera, terus ke arah McDonald’s Kemang, adalah di sebelah kanan. Tidak sulit untuk menemukannya, karena gaya bangunannya mengadopsi gaya India. Masuk melalui pintu utama, kita akan menemui tangga di sebelah kanan. Ikuti tangga tersebut, sampailah kita di Kinara. Sama halnya dengan bagian luarnya, bagian dalam dari restoran ini juga terlihat amat “india”. Bahkan menurut pelayannya, kayu kayu ukiran, sebagian meja dan perabot yang ada di sana memang di impor dari India.

f Menu diberikan dengan nama India aslinya. Namun jangan kuatir, bila cukup mahir berbahasa Inggris, kita dapat membaca deskripsi masakan tersebut yang tertulis dalam bahasa Inggris. Bila itu juga kurang mahir, para pelayannya yang orang Indonesia tulen dapat membantu menjelaskan. Di setiap meja disediakan kerupuk a la India, “Papadam”, dengan rasanya yang khas India.

Hati-hati bahwa Papadam yang disediakan ada 2 macam, yang “pedas” (pedas merica, bukan cabai), serta yang biasa. Untuk minuman, bila tidak yakin dengan deskripsi yang ada, saya sarankan pesan yang sudah biasa saja, seperti misalnya jus mangga, atau teh manis. Saya iseng mencoba minuman asli India seharga sekitar Rp. 18 ribu, dan ternyata setelah dicoba, saya tidak menyukainya. Ada rasa asam dan asin, serta pedas hangat ala merica. Mungkin minuman ini digemari di India, namun rasanya kurang cocok untuk lidah saya.

Selain Papadam, di meja tersebut juga disediakan 3 macam “sambal”. Saya berikan tanda kutip karena tidak semuanya pedas. Ada yang isinya peach/mangga (warna kuning), bahan dasar mint (warna hijau), dan satu lagi yang berwarna merah. Yang terakhir tidak saya coba karena tidak mau mengambil resiko bahwa sambal ini benar-benar pedas sementara saya sudah berkutat dengan pedasnya papadam dan minuman saya.
Menu yang saya pesan, namanya sudah tidak ingat lagi. India sekali. Namun yang saya ingat saya pesan 2 lauk, 1 kambing dan 1 ayam. Yang hidangan kambing berpenampakan seperti kalio yang di atasnya ada potongan paprika dan irisan keju. Rasanya tentu berbeda dengan kalio, khas dengan rasa rempah india yang “hangat”. Demikian pula hidangan ayamnya yang mirip. Untuk nasi kami pilih “biryani kashmiri”. Pilihan ini diambil karena di nasi ini ada beberapa potongan buah yang manis, cukup komplementer dengan hidangannya yang hangat pedas.  Sayang di restoran ini, menu makanan favorit saya, murg/lamb kashmiri tidak tersedia. Sepertinya memang masakan india yang ada potongan buah manisnya selalu menggunakan kata kashmiri. Kemudian, karena nasi yang dipesan porsinya kurang banyak, akhirnya pesan lagi roti india yang besar (nan). Untuk Nan ini pilihannya juga banyak, ada yang isi keju, kashmiri, dan lain lain. Saya sar
ankan untuk benar-benar berkonsultasi dengan pelayan agar tidak salah pilih menu. Citarasa India memang ada yang mirip dengan Indonesia, tetapi ada juga yang amat berbeda. Bila memilih dengan tepat, maka selera akan tergugah, kalau salah pilih, … hehehe.. entahlah…

Harga di restoran ini memang tidak bisa dikatakan murah. Untuk makan dan minum untuk 3 orang kami harus membayar 300-an ribu. Namun kalau tidak terlalu sering, rasanya cukup pantas untuk pengalaman, citarasa serta atmosfir berbeda yang ditawarkan restoran ini. Oh ya, jangan takut bahwa ini adalah resto India “palsu” (pakai nama India tetapi masakannya berbeda dengan yang asli di India, Ibarat sate disajikan dengan kentang goreng dan mayonaise). Pemiliknya menurut beberapa pelayan adalah etnis India, dan citarasanya memang mirip/sama dengan langganan kami si orang Bangladesh tadi.

Read Full Post »